Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening
"ing sakjeroning sepi kui ono ajaran luhur lan tumindak wicaksono kang dadi pinuju kabecikan-di dalam kerendahan hati itu ada ajaran luhur dan tindakan bijaksana yang menjadi tujuan kebajikan"
Selasa, 05 Juni 2018
Selasa, 27 Juni 2017
Sabtu, 22 April 2017
Semiotika dan Hipersemiotika (Sebuah Pengantar)
Paper: Semiotika dan Hipersemiotika (Sebuah Pengantar)
Link download via academia.edu : Semiotika dan Hipersemiotika (Sebuah Pengantar)
Link download via academia.edu : Semiotika dan Hipersemiotika (Sebuah Pengantar)
Selasa, 01 November 2016
Industri Politik
Industri
politik, bukanlah barang baru yang datang tiba-tiba. Semenjak ribuan tahun
silam, politik sudah menjadi sejenis komoditi yang mendatangkan banyak fulus.
Bangsa Romawi sudah mengenal industri ini ketika sistem pemerintahan mereka
menggunakan perwakilan rakyat melalui para senator. Para kandidat senator ketika
itu sudah menggunakan pemberian imbalan uang untuk para pemilihnya. Para
kandidat senator, juga sudah mempekerjakan orang-orang pilihan untuk
mempengaruhi opini masyarakat, untuk melapangkan jalan menduduki kursi senator.
Namun,
industri politik ketika itu belumlah cukup untuk menjadi salah satu sumber mata
pencaharian yang bersifat massal. Perputaran industri politik bangsa Romawi
masih seputar kalangan terbatas dengan peredaran uang yang juga terbatas.
Industri politik bangsa Romawi, belum mengenal yang namanya perusahaan
konsultan politik.
Industri,
memiliki pola produksi secara massal dan diikuti pola konsumsi secara massal.
Politik di Indonesia sudah memasuki wilayah industri ketika pemilihan secara
langsung dilakukan. Meskipun dilakukan secara berkala, industri politik sudah
menjadi sumber mata pencaharian yang menjanjikan kemapanan material. Di wilayah
eksekutif, terdapat peluang industri dimulai dari pilihan presiden, pemilihan
gubernur di 33 provinsi, pemilihan bupati/walikota di ratusan kabupaten/kota.
Sedangkan di wilayah legislatif, terdapat peluang yang lebih banyak, dengan
ratusan anggota legislatif di wilayah pusat, serta puluhan ribu anggota dewan
di wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Perusahaan
konsultan politik adalah fenomena unik di negara-negara penganut demokrasi,
yang para wakil dan pemegang otoritas kekuasaannya dipilih langsung oleh
rakyat. Amerika Serikat sebagai ikon demokrasi dunia sudah memulai bisnis
konsultan politik semenjak permulaan abad ke 20. Munculnya perusahaan konsultan
politik ini memanfaatkan booming media massa, yang ketika itu masih berupa
media cetak.
Contoh
lain media massa kuno adalah iklan penjualan budak. Beberapa peninggalan iklan
penjualan budak ditemukan di Yunani. Iklan dibuat tentu saja untuk mewakili
kepentingan orang atau kelompok tertentu. Iklan berhubungan dengan strategi
memasarkan produk agar laku.
Munculnya
media massa adalah untuk mewakili kepentingan ekonomi dan politik.Dalam hal yang
lebih luas, media massa adalah salah satu alat dari ekonomi politik itu
sendiri. Ekonomi dan politik adalah dua hal yang sudah menjadi satu dalam
konsep kekuasaan modern. Ekonomi adalah panglima yang didukung oleh politik
sebagai ujung tombaknya.
Masyarakat
Indonesia , meskipun yang tinggal di perkotaan, ternyata tidak begitu melek
dengan media massa. Tingkat akses media massa masyarakat Indonesia tidak sebaik
negara-negara lainnya. Namun, fenomena menarik adalah jejaring sosial. Jejaring
sosial adalah salah satu jenis media massa yang memberi ruang bagi individu
untuk menyampaikan pendapat. Tidak seperti media massa mainstream yang
mengharuskan seleksi ketat agar sebuah opini bisa dimuat.
Akses
yang tinggi masyarakat Indonesia terhadap jejaring sosial inilah yang digunakan
sebagai bagian dari industri politik. Perusahaan konsultan politik di Indonesia
sudah memanfaatkan jejaring sosial semenjak Pemilu 2009. Fenomena facebook dan
twitter menjadi lahan yang cukup banyak digunakan melancarkan strategi kampanye.
Tingginya akses masyarakat Indonesia terhadap jejaring sosial ini memunculkan
apa yang dikenal dengan istilah cyber
army (pasukan dunia maya).
2004,
pertama kalinya pemilihan presiden, gubernur, dan bupati/walikota secara
langsung, keberadaan perusahaan konsultan politik masih belum marak. Para
kandidat hanya membentuk “tim sukses” (bisa disebut tim gagal kalau tidak
sukses) untuk melapangkan jalan menuju target-target politiknya.
Politik
sudah mulai bisa dikatakan sebagai industri pada Pemilu 2014. Perusahaan
konsultan politik tumbuh dimana-mana dengan berbagai nama dan afilisasi. Tentu
saja, pusat industri politik adalah Jakarta, sebagai megapolitan yang menjadi
tempat berkumpulnya uang dan kekuasaan.
Semenjak
2009, strategi kampanye mulai menggunakan apa yang disebut black propaganda. Istilah ini merujuk pada cara-cara menjatuhkan
lawan politik melalui isu yang dibuat-buat. Memanfaatkan kelemahan lawan untuk
dijatuhkan citra politiknya.Namun saat itu, efek black propaganda belum begitu terasa mengingat penggunaan jejaring
sosial masih minim dan hanya berada di wilayah perkotaan.
Memasuki
2014, jejaring sosial sudah menjadi alat atau bagian dari ujung tombak
kampanye. Jejaring sosial memungkin pesan-pesan politik sampai kepada tiap
individu. Akses masyarakat Indonesia terhadap jejaring sosial mulai merata dari
kota hingga ke desa. Jejaring sosial diakses dari lintas kalangan dan lintas
usia. Jejaring sosial yang paling banyak digunakan adalah facebook dan twitter.
Jejaring
sosial digunakan tidak hanya untuk mendukung salah satu kandidat, tetapi juga
digunakan untuk menjatuhkan lawan dari kandidat yang didukung. Teknik
menjatuhkan lawan politik ini dikenal dengan istilah black propaganda(kampanye hitam). Kampanye hitam ini memulai sepak
terjangnya secara terbuka dan terang-terangan di pemilu nasional 2014.
Cyber
army memainkan perang penting dalam proses industri politik, meskipun bukan
sebagai pemain utama. Baik untuk menaikkan elektabilitas kandidat, atau untuk
menjatuhkan pesaing, cyber army bergerak secara efektif untuk menyasar ke
tiap-tiap individu yang memiliki akun jejaring sosial, baik facebook, blogger,
maupun twitter.
Cyber
army dikendalikan oleh tim yang bertugas untuk merumuskan isu. Tim ini dibentuk
khusus untuk menghasilkan opini dan opini akan disebar secara massal oleh cyber
army. Tim khusus ini merangkai isu dalam bentuk esai dan dimuat dalam blog-blog
khusus. Blog-blog khusus ini akan disebar link-nya oleh para cyber army.
Jejaring sosial memainkan peran penting untuk penyebaran link dari blog-blog
yang dibentuk oleh tim khusus.
Blog-blog
yang dibuat biasanya dibagi menjadi dua. Pertama, blog yang khusus untuk
menaikkan dan menonjolkan kandidat. Kedua, blog yang dirancang khusus untuk
menjatuhkan pesaing. Blog yang dirancang untuk menjatuhkan pesaing ini kemudian
dikenal dengan black propaganda.
Link-link
dari blog khusus ini akan mudah ditemui dari jejaring sosial yang direkrut
sebagai cyber army. Hampir setiap hari akan ditemui link dari blog-blog yang
disebar melalui akun-akun jejaring sosial. Jejaring sosial memungkin strategi
kampanye dengan cara demikian, karena dunia maya memungkinkan seseorang untuk
lari dari tanggung jawab. Biasanya, akan banyak bermunculan akun-akun palsu,
baik akun facebook maupun twitter. Namun, bayaran seorang cyber army akan lebih
mahal jika akun yang digunakan adalah akun asli. Akun asli digunakan untuk
menaikkan popularitas dan nilai plus dari seorang kandidat. Sedangkan akun
palsu banyak digunakan untuk melancarkan black
propaganda.
Industri
politik tidak hanya menyasar wilayah jejaring sosial, namun jauh lebih luas
dari itu. Pembentukan tim kampanye akan melibatkan banyak orang sekaligus
banyak uang. Tim kampanye akan bergerak langsung di wilayah dimana jejaring
sosial masih sulit diakses. Tim kampanye akan merekrut personil dari
wilayah-wilayah target pemenangan. Perekrutan ini membutuhkan dana yang besar
sekaligus dana untuk tiap pemilih atau yang dikenal dengan uang saku.
Media
massa mendapatkan keuntungan paling banyak dengan industri iklan dan
mengendalikan berita. Kandidat yang memiliki afiliasi dengan media massa
tertentu, tidak hanya bergerak dengan iklan, tetapi juga akan tampil sebagai
narasumber untuk menjelaskan visi misinya melalui media massa.
Politik,
telah memasuki wilayah industri, dengan pelibatan multi wilayah dan personal
secara massal. Industri politik telah berhasil menghidupi banyak orang dengan
perputaran uang yang sangat aduhai. Mereka yang memiliki kedekatan dengan
kekuasaan akan menikmati industri ini. Dan kekuasaan, seringkali dikejar untuk menguasai
wilayah industri politik ini.
Minggu, 16 Oktober 2016
METALLICA & PERESTROIKA
Dan akhirnya, Amerika mengirim Metallica ke Moskow
pada tahun 1991, untuk merayakan kemenangan mereka dalam Perang Dingin.
Perseteruan
Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (USSR) memiliki babak baru setelah mereka
sukses bekerja sama mengeroyok Jerman dalam Perang Dunia ke 2. AS bersama
sekutunya, Inggris dan Kanada, berhasil merangsek sampai ke Berlin pada akhir
April 1945. Begitu pula dengan Uni Soviet, menggunakan strategi “gelombang
manusia”, Jerman yang perkasa di awal perang didesak hingga ke jantung
kekuasaannya, Berlin.
Berlin,
dari kota inilah perseteruan dua raksasa dimulai. Serdadu-serdadu AS dan USSR
pada saat yang bersamaan mengepung Berlin. Begitu Jerman jatuh, kerjasama AS
dan USSR berubah menjadi saling todong senjata. Berlin, dengan kondisi luluh
lantak, sukses menarik pelatuk perang ideologis selama lebih dari empat
dekade.Persaingan AS dan USSR ini akhirnya memaksa Berlin dibagi menjadi dua,
Berlin Barat dan Berlin Timur. Jerman juga terbagi menjadi dua, Jerman Barat
dan Jerman Timur.
Perseteruan
Amerika Serikat dengan Uni Soviet, yang dikemudian hari dikenal dengan nama
Perang Dingin, adalah wakil dari perseteruan dua ideologi besar ketika itu,
Kapitalisme dan Komunisme.Perang Dingin lebih berupa perang perebutan pengaruh
di berbagai penjuru dunia. Baik AS dan USSR memiliki mesin politik
internasional yang dikenal dengan NATO (AS) dan Pakta Warsawa (USSR).
Perang
Dingin ini tidak pernah menjadi perang panas. Namun, dalam beberapa peristiwa
politik di beberapa negara lainnya, terjadi perang panas yang melibatkan AS dan
USSR. Perang Vietnam misalnya, adalah upaya mencegah pengaruh komunisme di Asia
Tenggara. AS menggunakan kekuatan militer untuk mendukung Vietnam Selatan dalam
menghadapi Vetnam Utara (Vietkong). Operasi militer AS ini gagal total sehingga
menyebabkan seluruh Vietnam menjadi komunis sampai sekarang. Sedangkan USSR
melakukan operasi militer di Afganistan. Operasi militer ini meksipun berhasil
namun gagal mengkomuniskan Afganistan.
Di
beberapa negara lainnya, banyak terjadi kudeta politik untuk menurunkan rezim
yang pro AS, atau sebaliknya untuk menurunkan rezim yang pro USSR. Cuba adalah
contoh kesuksesan komunisme untuk meraih kekuasaan menyingkirkan rezim
sebelumnya yang pro AS. Kudeta sukses juga terjadi di Bolivia. Rezim yang pro
USSR dilengserkan oleh rezim baru yang pro AS.
Penyingkiran
kekuatan komunis yang agak berbeda terjadi di Indonesia. USSR meskipun
menyuplai perlengkapan militer untuk TNI, namun PKI memiliki afiliasi yang
cenderung ke China. Meskipun sesama negara komunis, China tidak begitu dekat
dengan USSR. China lebih memiliki ambisi untuk muncul sebagai kekuatan baru di
politik internasional. Pasca PKI 1965, Indonesia berbalik arah mendekat ke AS
meskipun menjalankan hubungan internasional yang bebas aktif. Segala bentuk
kerjasama dengan China dan USSR berhenti seiring pembubaran PKI.
Perang
Dingin ini membawa dunia dalam kurun waktu 1945 sampai 1990 terbagi menjadi dua
kutub, yaitu Barat dan Timur, Kapitalis dan Komunis. Sampai awal tahun 1980an,
Perang Dingin terus berlangsung dalam kondisi yang masih sama-sama kuat antara
dua blok. AS dan USSR saling ancam soal senjata nuklir. Pengerahan kekuatan
militer lintas angkatan bahkan dilakukan di Selat Bering pada pertengahan tahun
1980an. Selat Bering merupakan perairan pemisah antara wilayah AS (Alaska) dan
USSR (Siberia). Kekuatan militer USSR menumpuk di Siberia dan AS menumpuk
militernya di Alaska. Namun, perang panas yang ditunggu-tunggu tidak kunjung
terjadi. Perang Dingin yang agak memanas di dekat kutub utara itu tidak pernah
benar-benar menjadi aksi militer AS vs USSR.
Akhir
dasawarsa 80an, perimbangan kekuatan mulai timpang. Blok Timur mulai goyah.
Awal dekade 90an, bisa dikatakan Perang Dingin telah berakhir. Ronald Reagan
(Presiden AS di akhir dekade 80an), dengan jumawa mengatakan ambruknya “Evil
Empire”, julukan yang dibuat oleh blok AS untuk menunjuk wilayah kekuasaan USSR
(USSR dan negara-negara yang tergabung dalam Pakta Warsawa).
Mikhail
Gorbachev,Presiden USSR yang menjabat peertengahan dekade 80an, melakukan beberapa
kebijakan nasional yang dikenal dengan istilah perestroika dan glasnost.
Gorbachev merasa perlu bagi USSR untuk melakukan beberapa kebijakan baru untuk
membuka tatanan nasional yang lebih terbuka, lebih berpatisipasi dalam
kebudayaan, teknologi, dan kesempatan rakyat mengakses informasi lebih bebas.
Selama rezim komunis, USSR adalah negara tertutup. Hubungan dengan
negara-negara lainnya lebih banyak menggunakan superioritas militer.
Dengan
doktrin komunisme yang terpimpin, USSR menerapkan partai tunggal, yaitu PKUS
(Partai Komunis Uni Soviet). PKUS merupakan satu-satunya partai, dan
satu-satunya jalan untuk menentukan pemimpin tertinggi USSR.
Akses
berita dibatasi dan menjadi monopoli PKUS untuk menentukan apa yang boleh
diketahui oleh rakyat USSR. Semua kendali negara bersifat diktatorial. Segala
segi kehidupan rakyat USSR ditentukan oleh negara. Dari politik sampai
kebudayaan, dari olahraga hingga pekerjaan. Doktrin komunisme ala USSR
mengharuskan rakyat bekerja dengan semua kemampuan yang mereka miliki, namun
rakyat dibayar hanya dengan apa yang mereka butuhkan.
USSR
menerapkan kebijakan teknologi yang terpusat. Akses teknologi rakyat USSR
dibatasi. Meskipun USSR mampu mengimbangi AS dalam berbagai bidang teknologi
(termasuk teknologi ruang angkasa), namun rakyat USSR hanya boleh menikmati
teknologi dengan sangat terbatas. Teknologi adalah milik negara.
Pertengahan
dekade 80an, ketika Selat Bering yang beku namun memanas akibat penumpukan
mesin-mesin perang oleh AS dan USSR, Gorbachev melakukan kebijakan yang kelak
mengubah takdir sejarah Perang Dingin. Dunia kemudian mengenal apa yang disebut
dengan istilah perestroika dan glasnost.
Perestroika
yang dilakukan Gorbachev adalah upaya untuk membawa USSR dari sistem politik
diktatorial menuju negara yang demokratis, politik ekonomi yang lebih terbuka
bagi rakyatnya, dan memberikan kebebasan berpendapat dan melakukan aktivitas
keagamaan.
Perekonomian
USSR yang sebelumnya berada dalam kontrol kuat negara, mulai diberi kebebasan
untuk lebih terbuka. Investasi modal asing yang merupakan “barang haram” bagi
komunisme mulai diberlakukan di USSR. Kelompok swasta diberi kesempatan luas
untuk berpartisipasi dalam perekonomian nasional. Tenaga kerja diberi insentif
yang memadai dan harga-harga disesuaikan dengan kondisi terkini rakyat USSR
ketika itu.
Perestroika
adalah harapan besar bagi Gorbachev, untuk menata dunia baru yang lebih baik.
Hubungan yang penuh konfrontasi politik dan penuh ancaman militer dengan AS,
diganti dengan pola hubungan yang bersifat relasional, penuh kerjasama, dan
mengutamakan perdamaian.
Glasnost
menekankan pada aspek kebudayaan. Rakyat USSR diberi ruang yang lebih luas
untuk mengakses informasi dan menyatakan pendapat di muka umum. Rakyat diberi
hak seluas-luasnya untuk melakukan kritik kepada kebijakan pemerintah. Melalui
glasnost, pemerintah USSR tidak lagi berwajah angker atau menyeramkan, tetapi
mencoba lebih manusiawi dan semakin mendekat kepada rakyatnya.
Perestroika
memungkinkan masuknya kebudayaan barat ke USSR melalui pintu ekonomi.
Kebudayaan barat ini mendapatkan sambutan dari rakyat USSR seiring kebijakan
glasnost. Sebuah band musik beraliran rock muncul sebagai hasil kebijakan
Gorbachev. Band musik ini kemudian dikenal oleh dunia dengan nama Gorky Park.
Nama band musik rock ini diambil dari nama sebuah taman kota yang terkenal di
Moskow. Band ini berhasil go internasional dan meraih popularitas selama dekade
80an sampai 90an.
Band-band
musik dari barat kemudian berdatangan ke USSR. Tahun 1989, Yngwie Malmsteen,
musisi AS kelahiran Swedia mengadakan konser di kota keramat USSR, Leningrad.
Keangkeran “Evil Empire” semakin luntur seiring konsistensi Gorbachev
menerapkan perestroika dan glasnost.
Kebudayaan
yang berbungkus ideologis, menjadi lebih terbuka dengan kemasan industri.
Perestroika memungkinkan kebudayaan menjadi industri populer sebagaimana Eropa
Barat dan AS menikmatinya jauh-jauh hari sebelumnya.
Penerapan
perestroika dan glasnost ini membuat sebagian rakyat USSR mengalami euphoria
kebebasan. Namun, beberapa kelompok konservatif menentang kebijakan Gorbachev
ini. Kelompok konservatif merupakan kelompok yang masih percaya pada ideologi
komunis Marxis Leninisme.
Kelompok
konservatif ini dengan segala daya upaya menahan laju perestroika dan glasnost,
bahkan berupaya membatalkannya. Upaya mereka berujung pada penculikan Gorbachev
di Agustus tahun 1991. Penculikan dengan tujuan kudeta ini berhasil digagalkan
oleh Boris Yeltsin. Setelah penculikan, Gorbachev mengundurkan diri dan
digantikan oleh Yeltsin.
Konflik
internal USSR kemudian menghasilkan perpecahan nasional dan bubarnya Pakta
Warsawa. USSR resmi bubar dan terpecah menjadi beberapa negara, yaitu Rusia,
Ukraina, Uzbekistan, Kazakhtan, Azerbaijan, dan Georgia. Di dunia
internasional, negara-negara Eropa Timur yang masuk blok Pakta Warsawa
mengalami transisi dari komunisme menuju demokrasi. Beberapa bekas negara
komunis juga terpecah, seperti Cekoslovakia yang terbagi menjadi Ceko dan
Slovakia. Yugoslavia terpecah menjadi Bosnia, Serbia, Moldova, dan Kroasia.
Tahun
1989, ketika Eropa Timur mengalami pergolakan yang menuju perpecahan,
reunifikasi justru terjadi di Jerman. Jerman yang semenjak kekalahan Perang
Dunia ke 2 dibagi menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur berhasil menyatukan
diri. Tembok Berlin yang angker berhasil dirubuhkan untuk menyatukan Berlin
Barat dan Berlin Timur. Penyatuan Jerman adalah tanda-tanda kekalahan ideologi
komunisme ala USSR. Rakyat Jerman Timur yang selama 4 dekade dikungkung oleh
“tirai besi” USSR mengalami euphoria seketika Jerman bersatu.
Kebijakan
perestroika dan glasnost ini, memberikan angin segar bagi superioritas AS. Ide
demokrasi, keterbukaan, dan liberalisme mendapatkan pembenaran ketika komunis
yang angkuh ala Leninisme berujung pada bubarnya USSR. Dunia ketika itu mendapatkan pelajaran berharga, bagaimana sebuah negara besar
yang menjadi simbol superioritas ideologi komunis akhirnya harus tumbang dari
dalam dirinya. Rakyat yang terkekang dan tidak memiliki ruang untuk
mengaktualisasikan dirinya akhirnya harus memilih ideologi yang lebih humanis
menurut mereka. Fenomena USSR adalah anomali dari doktrin Marxisme. Marxisme
mengajarkan kebebasan beraktualisasi bagi manusia namun gagal dilaksanakan oleh
negara yang menjadikan Marxisme sebagai landasan ideologi negara.
Metallica, ikon dari kebudayaan rakyat AS, pada September tahun 1991 menginjakkan kakinya di Moskow. 1,6 juta pasang mata rakyat USSR melihat dan menikmati, bagaimana ikon kebudayaan Amerika memberikan pertunjukan dari tradisi rakyat yang liberal.
Metallica tidak sendirian, dia hadir bersama Pantera dan Motley Crue. Rakyat USSR melampiaskan euphoria kebebasan meskipun dengan penjagaan tentara merah dalam konser tersebut. Komunisme ditampar dengan sangat telak, tepat di depan rakyat USSR.
Kamis, 25 Agustus 2016
Tangan Kosong dan Ilmu Udara
“Alkisah, Markesot
pernah berguru kepada seorang pendekar Mataram. Sang pendekar memberinya sebuah
tombak yang panjang. Namun, bukan bagaimana cara menggunakan tombak tersebut,
sang pendekar malah memberinya petuah mengenai falsafah tombak tersebut. Pendekar
yang kurang sakti membutuhkan tombak yang panjang, pendekar yang lumayan sakti
menggunakan tombak yang pendek saja, dan pendekar yang paling sakti tidak
membutuhkan tombak, cukup tangan kosong!”
(Markesot, dalam Markesot Bertutur #1)
(Markesot, dalam Markesot Bertutur #1)
Tidak ada ketakutan,
kebencian, dan permusuhan yang ditebarkan oleh tangan yang kosong. Begitulah,
tangan yang kosong adalah tangan yang jujur. Tangan yang kosong tidak akan
menebarkan ancaman bagi sekelilingnya. Ia akan terbuka bagi siapa saja, dan
bisa diterima oleh siapa saja.
Tangan kosong tidak
membawa ancaman bagi siapapun. Ia polos dan bersahaja. Wakil dari
kesederhanaan. Ia hampa seperti udara. Menjadi bagian tubuh yang tidak perlu
dilindungi. Siapapun tidak akan sungkan mendekat pada tangan yang kosong. Tangan kosong tidak mendatangkan dan mengharapkan penilaian. Tangan
kosong datang tidak sebagaimana tangan yang datang dengan pedang atau bahkan
uang. Pedang dan uang, mengancam dan membuai, tidak pernah bisa jujur
sebagaimana tangan kosong.
Tangan
kosong memang, kadang kala, dalam situasi dan kondisi tertentu, dipaksa harus
memukul, menampar, atau mencekik. Tapi itu adalah keadaan darurat ketika
keputusan cepat harus diambil atas dasar sikap melindungi. Tindakan tangan
kosong tidak akan berlebihan karena tidak ada pedang atau senjata apapun yang
digenggamnya. Tangan kosong bertindak tanpa melebihi batas.Tangan kosong tahu
batas-batas yang tidak boleh diterabasnya.
Bukankah
tangan kosong bisa mencuri atau mengambil apa saja yang bukan haknya? Tangan
yang telah mencuri atau mengambil sesuatu, tidak lagi kosong. Ia telah
terbebani oleh materi yang menjauhkan manusia dari keheningan. Manusia yang
terjauhkan oleh keheningan, dia telah terjebak dalam pusaran kegaduhan. Tangan
kosong menjaga manusia agar tetap hening dalam situasi yang paling gaduh
sekalipun. Bangsa Jawa mengenal istilah “topo ngrame”, atau bertapa dalam
keramaian. Dalam situasi apapun, manusia Jawa harus tetap tenang, tidak “kagetan”
(tidak mudah terkejut) dan tidak “nggumunan” (tidak mudah terpesona). Bersikap
tenang dengan penuh keheningan.
Begitu halnya dengan
udara. Siapapun akan menerima udara. Ia dibutuhkan oleh semua yang hidup maupun
yang mati. Udara adalah sandingan bagi semua makhluk di bumi. Udara mampu
menempatkan dirinya dimana saja, tanpa harus mengalami lupa bahwa ia udara.
Udara memang tidak
terlihat, namun ia dirasakan oleh makhluk. Ia hadir dimanapun makhluk
membutuhkan, tetapi tidak semua makhluk sempat menyadari kehadiran udara. Begitulah
udara, ia hanya menyediakan dirinya bagi kebutuhan makhluk. Dianggap ada atau
tiada tidaklah penting. Dalam keramaian makhluk, udara hadir tanpa harus
menunjukkan siapa dirinya.
Udara menguapkan air dan
membawa awan. Udara menempatkan awan dimana hujan harus diturunkan. Ketika hujan
turun, maka kehidupan baru akan muncul dan menyambung kehidupan selanjutnya.
Terkadang, udara
terlihat seperti marah ketika hadir sebagai topan. Tapi bukan udara yang
berkehendak. Udara hanya mematuhi hukum alam bagaimana alam ini menyeimbangkan
dirinya. Bagaimanapun juga, udara hanya memilih menjadi salah satu penyeimbang
alam tanpa harus terlihat dan disadari oleh makhluk, karena begitulah tujuan
penciptaannya. Bagi udara, pantang untuk menjadi selain udara, karena itu
berarti dia akan menyalahi yang sudah tertulis. Pengingkaran terhadap apa yang
sudah tertulis hanya akan menjadi karib bencana.
Siapa saja, mampu memukul
udara, tapi udara tidak terpukul. Siapa saja bisa menebas udara, tapi udara
tidak tertebas. Siapa saja mampu menusuk udara, tapi udara tidak tertusuk.
Udara tidak akan membalas, karena udara memberikan semua dari dirinya.
Tangan kosong dan udara,
begitulah mereka bersahaja. Memberikan rasa aman dan dibutuhkan semua makhluk.
Mereka adalah dua hal, yang menjadi sanding bagi manusia. Tangan kosong yang
bersahaja dan udara yang menafaskan manusia.
Tangan kosong dan udara,
mereka ada dalam ketenangan, menjelajahi ruang dalam kesepian, dan mengantarkan
manusia di dalam waktu keheningan. Tangan kosong dan udara tidaklah mungkin
terpikat oleh hingar bingar kepandaian.
Tidak akan pernah ada yang mampu memusuhi tangan kosong dan udara. Karena, tangan kosong dan udara tidak akan pernah memusuhi siapapun. Tangan kosong menyampaikan kesahajaan dan udara menyampaikan kerendahhatian. Tangan kosong dan udara, mereka itulah yang akan menjadi Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening.
Minggu, 10 Januari 2016
Tentang Penaklukkan
Sebenarnya ini merupakan wacana yang sudah lama menjadi keprihatinan banyak
orang di berbagai belahan bumi ini. Menyoal kerusakan lingkungan yang semakin
parah dan hanya menyisakan rasa prihatin belaka. Bagaimana mungkin, bumi ini,
rumah dan kehidupan bagi seluruh umat manusia, terus mengalami pengrusakan dari
waktu ke waktu, demi satu tujuan, kesejahteraan manusia itu sendiri.
Puluhan tahun silam, sekelompok orang di Universitas
Frankfurt, Jerman, mendirikan sejenis “komunitas terbatas” yang di kemudian
hari terkenal sebagai Sekolah Frankfurt. Komunitas terbatas ini terdiri dari
orang-orang dari lintas disiplin ilmu. Pembicaraan mereka adalah mengenai
berbagai masalah sosial yang terus menghinggapi manusia modern.
Salah satu pembicaraan mereka menghasilkan apa yang disebut
dengan rasio teknis, atau yang dikenal juga dengan rasio instrumental. Rasio
teknis adalah bagaimana manusia modern memandang lingkungan sekitarnya. Dalam
sudut pandang rasio teknis, alam adalah obyek yang harus ditaklukkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Penaklukkan alam dilakukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan manusia dalam sudut pandang industrialisasi. Filsafat modern yang
berhasil menemukan jalannya di Eropa Barat kemudian berakibat pada revolusi
industri. Para anggota Sekolah Frankfurt menganggap rasio teknis inilah yang
mengakibatkan eksploitasi tanpa batas dan mengakibatkan tidak hanya bencana
alam tetapi juga bencana kemanusiaan (kelaparan, urbanisasi, dan berbagai
masalah sosial lainnya).
Revolusi industri adalah wajah yang tidak pernah ada dalam
sejarah peradaban umat manusia sebelumnya. Belum pernah ada proses produksi
massal yang mampu menandingi revolusi industri. Baik teknologi yang digunakan,
bahan baku hasil eksploitasi alam, dan produk-produknya yang mampu melintasi
penjuru dunia.
Industrialisasi yang ada sekarang ini, adalah hasil dari
perkembangan revolusi industri yang mengharuskan eksploitasi terhadap alam,
bahkan manusia. Perkembangan revolusi industri telah menghasilkan kelas sosial
baru yang disebut dengan kelas buruh. Pada tahap berikutnya, kelas buruh ini
terbagi menjadi dua, buruh kerah biru dan buruh kerah putih.
Buruh kerah biru adalah pekerja kasar yang berhubungan
dengan proses produksi. Mereka ini diambil dari kelompok yang berpendidikan
rendah dan hanya dibutuhkan tenaganya saja. Jumlah mereka sangat banyak, bahkan
hingga ribuan tergantung dari kapasitas produksi pabrik tempat mereka bekerja.
Gaji mereka pun terbilang kecil. Sedangkan buruh kerah putih adalah staf-staf
ahli dari kelompok berpendidikan tinggi. Mereka adalah lulusan universitas dan
terdiri dari para insinyur, ahli ekonomi, staf-staf pemasaran, atau para
peneliti. Jumlah mereka lebih sedikit daripada buruh kerah biru. Gaji para
buruh kerah putih ini tentu jauh lebih besar daripada buruh kerah biru.
Kembali lagi ke soal penaklukan alam. Rasio teknis
bagaimanapun menghendaki bagaimana alam ini bisa di eksploitasi semaksimal
mungkin. Eksploitasi alam tidak hanya didukung oleh para staf ahli yang
kompeten, tetapi juga melibatkan perangkat aparatur negara melalui
undang-undang. Raksasa-raksasa industri memiliki akses ke pemerintahan, hingga
ke pemerintahan negara lain. Akses-akses ini memungkinkan berbagai raksasa
industri tersebut memiliki legalitas untuk melakukan eksploitasi alam. Misalnya
izin untuk melakukan penebangan hutan, pengeboran minyak dan gas, penambangan
mineral, penangkapan ikan, atau membuat perkebunan sekala besar.
Eksploitasi alam ini, sebagaimana menggunakan sudut pandang
rasio teknis, adalah bersifat memandang alam sebagai obyek. Manusia kemudian
melihat alam adalah sekedar benda mati yang begitu di eksploitasi tidak akan
memiliki dampak apa-apa selain keuntungan ekonomi. Cara berfikir rasio teknis
ini, tidak hanya menghinggapi mereka yang menjadi pemilik raksasa industri,
tetapi telah sampai kepada mereka yang bergelut dalam industri skala kecil.
Penaklukkan alam pun semakin banyak dilakukan hingga ke pelosok manapun.
Bagaimanapun juga, penaklukkan alam ini memberikan dampak
merugikan bagi manusia. Setelah tiba waktunya, manusia merasa bahwa eksploitasi
yang mereka lakukan telah membawa kerugian. Sumber daya alam semakin menipis
dan ini mengkawatirkan banyak pihak. Menipisnya berbagai sumber daya alam ini
membuat sebagian pihak malah giat melakukan eksplorasi ke belahan dunia
lainnya. Sebagian lainnya menyadari bahwa nafsu mengeksploitasi alam harus
mulai dikendalikan.
Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh eksploitasi ini
memunculkan kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan. Banyak gerakan atau
isu-isu bermunculan mengenai penyelamatan lingkungan. Bahkan muncul pula
gerakan untuk menyelamatkan bumi. Tentu saja gerakan atau isu ini terkesan
naif. Penyelamatan bumi tidak lain adalah untuk kepentingan keselamatan
manusia. Harus hidup dimana manusia kalau tidak di bumi. Bumi adalah rumah
satu-satunya bagi manusia.
Bumi, adalah bagian alam semesta yang memiliki aturan main
sendiri jauh sebelum umat manusia menempatinya. Segala bentuk fenomena alam
yang ada di bumi adalah bagaimana mekanisme keseimbangan alam berlaku di bumi.
Begitu pula dengan yang disebut sebagai bencana alam. Banjir misalnya, adalah
proses keseimbangan alam ketika tanah tidak mampu menyerap air di permukaan
akibat gundulnya hutan dan mendangkalnya sungai-sungai akibat sampah yang
menumpuk. Hal-hal seperti ini sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai bencana
alam. Tentu saja, eksploitasi alam yang berlebihan menghasilkan masalah bagi
manusia itu sendiri. Banjir, tanah longsor, kekeringan, adalah bagaimana bumi
bereaksi dengan kondisi yang ada. Tanpa campur tangan manusia sekalipun, bumi
sudah memiliki mekanisme sendiri untuk melakukan keseimbangan. Gempa, letusan
vulkanik, atau tsunami, adalah gejolak alam yang sudah menjadi bagian dari bumi.
Eksploitasi alam secara berlebihan didasari oleh pemahaman
bahwa alam ini adalah obyek. Pemahaman yang dilatarbelakangi revolusi industri
ini terus tertanam kuat dalam alam fikiran manusia hingga sekarang. Pemahaman
ini juga tertanam kuat di masyarakat Indonesia. Jenis pola fikir ini sebenarnya
sangat bertolak belakang dengan pemahaman klasik masyarakat di Indonesia.
Pemahaman klasik masyarakat di Indonesia, memandang alam adalah subyek
sebagaimana manusia itu sendiri. Memperlakukan alam tidak bisa dilakukan dalam
kerangka eksploitasi belaka, tetapi juga menjaga bagaimana keseimbangan tetap
terjaga. Sebagian masyarakat di Indonesia, terutama Jawa, meyakini bahwa alam
memiliki ruh. Alam bukanlah benda mati tanpa ruh. Alam memiliki ruh yang
merupakan dimensi ruhaniyah alam dari sang penciptanya. Dalam hal ini,
masyarakat Jawa klasik akan memanfaatkan alam secukupnya tanpa perlu adanya
eksploitasi. Menjaga keseimbangan alam merupakan cara bagaimana masyarakat Jawa
berinteraksi dengan lingkungannya.
Sekolah Frankfurt pun sudah mengatakan perlu rasio kritis,
untuk menempatkan manusia pada posisi yang seimbang dalam hubungan dengan alam
dan lingkungannya. Berbagai bencana alam dan kemanusiaan adalah akibat dari
rasio teknis yang mendorong manusia bersikap tidak sewajarnya pada
lingkungannya.
Namun, jauh sebelum Sekolah Frankfurt menyampaikan ide rasio
kritis ini, masyararakat di belahan bumi bagian Timur, telah bersikap bagaimana
menempatkan dirinya secara selaras dengan alam sekitarnya. Nilai-nilai masih
banyak ditemukan pada berbagai tempat di pelosok Jawa. Bagaimana masyarakat
Jawa melakukan sedekah alam, sesajen adalah bukan untuk menyembah selain
dari-Nya, tetapi merupakan hubungan timbal balik yang selaras antara manusia
dengan lingkungannya.
Di wilayah Gunung Kidul misalnya, ada larangan untuk
memancing atau menangkap jenis ikan sidat. Larangan ini bukan karena sidat
adalah jenis ikan yang keramat. Namun, masyarakat di Gunung Kidul memahami
sidat mampu menghasilkan sumber-sumber air. Sungai-sungai atau sumber air yang
terdapat ikan sidat akan lebih terjaga debit airnya pada musim kemarau karena
ikan sidat memiliki perilaku untuk menggali sumber air begitu musim kemarau
tiba. Karena itulah, memancing atau menangkap sidat dilarang mengingat Gunung
Kidul adalah daerah yang rawan kekeringan ketika kemarau tiba. Tanahnya yang
berupa kapur dan bebatuan sulit untuk menemukan sumber-sumber air. Berbeda
dengan wilayah lainnya yang cukup mudah menemukan sumber air.
Masyarakat Jawa klasik memahami bahwa harus ada hubungan
yang bersifat timbal balik antara dirinya dengan alamnya. Hubungan timbal balik
ini akan menempatkan manusia sebagai subyek dan alam juga sebagai subyek.
Hubungan antara subyek dan subyek menghasilkan interaksi yang adil sehingga
harmonisasi antara manusia dan lingkungannya bisa tercapai. Alam bukanlah obyek
yang harus ditaklukkan, tetapi subyek yang harus diperlakukan secara bijak.
Langganan:
Komentar (Atom)